Skip to main content

UNTAIAN NASEHAT LUKMAN AL-HAKIM KEPADA ANAK-ANAKNYA


“Wahai Anakku…
Dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak sekali manusia yang tenggelam ke dalamnya. Oleh karena itu, jadikan perahumu itu Taqwa kepada Allah SWT. dan isilah perahu itu dengan mutan Iman kepada-Nya. Lengkapi dengan layar Tawakkal, mudah-mudah engkauselamat.”

“Wahai Anakku…
Carilah kekayaan dengan jalan untuk menjaga kefakiran, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih fakir yang menimpa seseorang, melainkan terjadi kepadanya tiga hal; Lemah dalam agamanya, Lemah dalam akalnya dan Hilang rasa malunya.”

“Wahai Anakku…
Tidak akan tumbuh baik tanaman itu, melainkan dengan air dan tanah. Demikian pula, tidak akan hidup dengan baik iman itu melainkan dengan ilmu dan amal.”

“Wahai Anakku…
Bergaullah dengan ulama (orang yang berilmu) dan dengarkan perkataan ahlli hikmah. Karen sesungghuhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati itu dengan cahaya ilmu (hikmah) sebagaimana Allah telah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan yang lebat.”

“Wahai Anakku…
Kalau engkau ragu dengan kematian, jangan engkau tidur, karena tidur itu hamper serupa dengan kematian. Dan kalau engkau ragu dengan hari kebangkitan, jangan engkau bangun. Karena bangun tidur itu, hamper serupa dengan kebangkitan sesudah kematianmu.”

“Wahai Anakku…
Biasakanlah lisanmu mengucapkan : “Ya Allah, Ampuni Aki...”, sesungguhnya bagi Allah itu ada beberapa saat yang didalamnya Dia tidak akan menolak siapan yang bermunajat kepada-Nya.

SEMOGA BERMANFAAT
ttd: Nashrul Mukmin

Popular posts from this blog

M A N A Q I B

Oleh: Nashrul Mukmin Pengertian Manaqib: Secara bahasa manaqib berarti meneliti,menggali.Secara istilah di artikan sebagai riwayat hidup seseorang yang berisikan tentang budi pekertinya yang terpuji,akhlaknya yang mulia,karomahnya dan selainnya yang patut di jadikan sebagai bahan pelajaran/suri tauladan. Maksud dari manaqiban diantarnya adalah bertujuan untuk tawasul,tabaruk,mengenal orang-orang shalih dan untuk lebih mencintanya. Dalil-dalil Manaqib: Manaqib itu banyak terdapat dalam al-Quran,semisal manaqibnya Ashabul Kahfi,Raja Dzulqurnain,Sayyidatuna Maryam,Sayyidina Luqmanul Hakim dan lain sebagainya. Dalil Manaqib Adapun dalil yang digunakan hujjah untuk memperbolehkan praktek manaqib yaitu sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin halaman 97:  ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻓِﻲ ﺍْﻟَﺎﺛَﺮِ ﻋَﻦْ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﺒَﺸَﺮِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﻧَّﻪُ ﻗﺎَﻝَ : ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺆْﻣِﻨﺎَ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺍَﺣْﻴﺎَﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺗﺎَﺭِﻳْﺨَﻪُ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺯَﺍﺭَﻩُ ﻓَﻘَﺪْ ﺍﺳْﺘً

Istilah-istilah Dalam Madzhab Syafi'iyah

Mengenal istilah qaul atau pendapat ulama' madzhab Syafi'i Ini adalah metode Imam Nawawi tentang pendapat- pendapat (qoul, wajah) dari ulama yang bermadzhab Syafi’i dan cara memprioritaskannya. Beliau Imam Nawawi mengistilahkan pendapat Imam Syafi’i dengan kata- kata Qoul/Aqwal. Dan pendapat ulama yang mengikuti madzhab Syafi’i dengan kata- kata Wajah/Awjuh. Sedangkan perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i di istilahkan dengan Thoriq/Thuruq. Jadi kesimpulannya: - Qoul / Aqwal : Pendapat Imam Syafi’i - Wajah / Awjuh : Pendapat ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i. - Thoriq / Thuruq : perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i (Red. memasukkan pendapat madzhab lain ke madzhab Syafi’i) Catatan redaksi: Dalam Bahasa Indonesia Qoul / Aqwal, Wajah / Awjuh dan Thoriq / Thuruq mempunyai satu arti yakni: pendapat. Al Adzhar (الأظهر) : Pendapat paling kuat berda

Salah Memahami Hadits al-Jariyah

Jangan Salah Memahami Hadits al-Jariyah!!! Fatal Akibatnya. Oleh : Nashrul Mukmin Kaum Wahhabiyyah Seringkali Menyelewengkan Makna Hadits Ini!!Ada sebuah hadits yang dikenal dengan Hadits al-Jariyah, hadits tentang seorang budak perempuan yang dihadapkan kepada Rasulullah. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imam Muslim; bahwa seorang sahabat datang menghadap Rasulullah menanyakan prihal budak perempuan yang dimilikinya, ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidakkah aku merdekakan saja?”. Rasulullah berkata: “ Datangkanlah budak perempuan tersebut kepadaku” . Setelah budak perempuan tersebut didatangkan, Rasulullah bertanya kepadanya: “Aina Allah?” . Budak tersebut menjawab: “Fi as-sama ’ ” . Rasulullah bertanya: “Siapakah aku?” . Budak menjawab: “Engkau Rasulullah” . Lalu Rasulullah berkata (kepada pemiliknya): “Merdekakanlah budak ini, sesungguhnya ia seorang yang beriman” . (HR. Muslim) Pemahaman hadits ini bukan berarti bahwa Allah bertempat di langit seperti yang dipahami oleh k