Skip to main content

M A N A Q I B

Oleh: Nashrul Mukmin

Pengertian Manaqib:

Secara bahasa manaqib berarti meneliti,menggali.Secara istilah di artikan sebagai riwayat hidup seseorang yang berisikan tentang budi pekertinya yang terpuji,akhlaknya yang mulia,karomahnya dan selainnya yang patut di jadikan sebagai bahan pelajaran/suri tauladan.

Maksud dari manaqiban diantarnya adalah bertujuan untuk tawasul,tabaruk,mengenal orang-orang shalih dan untuk lebih mencintanya.
Dalil-dalil Manaqib: Manaqib itu banyak terdapat dalam al-Quran,semisal manaqibnya Ashabul Kahfi,Raja Dzulqurnain,Sayyidatuna Maryam,Sayyidina Luqmanul Hakim dan lain sebagainya.

Dalil Manaqib
Adapun dalil yang digunakan hujjah untuk memperbolehkan praktek manaqib yaitu sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin halaman 97: 


ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻓِﻲ ﺍْﻟَﺎﺛَﺮِ ﻋَﻦْ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﺒَﺸَﺮِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﻧَّﻪُ ﻗﺎَﻝَ : ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺆْﻣِﻨﺎَ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺍَﺣْﻴﺎَﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺗﺎَﺭِﻳْﺨَﻪُ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺯَﺍﺭَﻩُ ﻓَﻘَﺪْ ﺍﺳْﺘًﻮْﺟَﺐَ ﺭِﺿْﻮَﺍﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓﻲِ ﺣُﺰُﻭْﺭِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ .


Rasulullah Saw.bersabda: “Barangsiapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama saja ia telah menghidupkannya kembali.Dan barangsiapa membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya.Maka Allah akan menganugerahinya ridhaNya dengan memasukkannya di surga.”
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi:

ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻯﺎﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺍَﺣْﻴَﺎﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﺯَﺍﺭَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺯَﺍﺭَﻧِﻰ ﻭَﻣَﻦْ ﺯَﺍﺭَﻧِﻰ ﺑَﻌْﺪَ ﻭَﻓَﺎﺗِﻰ ﻭَﺟَﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺷَﻔَﺎﻋَﺘِﻰ. ﺭﻭﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺗﺮﻣﺬﻯ

Rasulullah Saw. bersabda:“Barangsiapa membuat tarikh -Biografi- seorang muslim,maka sama dengan menghidupkannya.Dan barangsiapa ziarah kepada orang alim,maka sama dengan ziarah kepadaku (Nabi Saw.).Dan barangsiapa berziarah kepadaku setelah aku wafat,maka wajib baginya mendapat syafaatku esok di hari kiyamat.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Dalam kitab Jala’ adz-Dzulam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awam dijelaskan:


ﺍِﻋْﻠَﻢْ ﻳَﻨْﺒَﻐﻲِ ﻟِﻜُﻞِّ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻃﺎَﻟِﺐُ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞِ ﻭَﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺍَﻥْ ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲَ ﺍﻟْﺒَﺮَﻛﺎَﺕِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻔَﺤَﺎﺕِ ﻭَﺍﺳْﺘِﺠﺎَﺑَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻋﺎَﺀِ ﻭَﻧُﺰُﻭْﻝِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﺎَﺕِ ﻓِﻲ ﺣَﻀَﺮَﺍﺕِ ﺍْﻷَﻭْﻟِﻴﺎَﺀِ ﻓِﻲ ﻣَﺠﺎَﻟِﺴِﻬِﻢْ ﻭَﺟَﻤْﻌِﻬِﻢْ ﺍَﺣْﻴَﺎﺀً ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﺗﺎً ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻗُﺒُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﻭَﺣَﺎﻝَ ﺫِﻛْﺮِﻫِﻢْ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻛَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻮْﻉِ ﻓِﻲ ﺯِﻳﺎَﺭَﺍﺗِﻬِﻢْ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻣَﺬَﺍﻛَﺮَﺍﺕِ ﻓَﻀْﻠِﻬِﻢْ ﻭَﻧَﺸْﺮِ ﻣَﻨﺎَﻗِﺒِﻬِﻢْ . )ﺟﻼﺀ ﺍﻟﻈﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻋﻘﻴﺪﺓ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ )

“Ketahuilah seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan,agar ia mencari berkah dan anugerah serta terkabulnya doa dan turunnya rahmat di depan para wali,di majelis-majelis dan perkumpulan mereka,baik masih hidup ataupun sudah mati,di kuburan mereka ketika mengingat mereka,dan ketika orang banyak berkumpul dalam menziarahi mereka,dan pembacaan riwayat hidup mereka (manaqiban).”
Manfaat Manaqib: 

Dalam sebuah hadits riwayat ad-Dailami dalam kitab Musnad al- Firdaus riwayat dari Sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra.:


ﺫﻛﺮ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻳﻘﺮﺑﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺔ

“Mengingat para Nabi adalah ibadah,mengingat orang-orang sholeh adalah kafarat/tebusan (bagi dosa),mengingat mati adalah sedekah dan mengingat kubur mendekatkan kalian kepada surga.”
Imam as-Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shaghirnya dan Imam al-Munawi dalam Faidh al-Qadir mengatakan hadits ini dha’if (bisa diamalkan sebagai fadhail al-‘amal).

Asy-Syeikh Muhammad bin Yunus berkata: “Tidaklah aku melihat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati daripada mengingat riwayat hidup orang-orang sholeh.”
Imam Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan:


ﻗﺎﻝ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺗﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ

“Ketika disebut-sebut orang-orang yang sholeh maka turunlah rahmat.”
Imam Junaid al-Baghdadi berkata: “Hikayat (kisah orang-orang sholeh) itu adalah merupakan tentara dari para tentara Allah Swt.,dimana Allah menetapkan hati para kekasihNya dengan kisah-kisah tersebut.

Maka Imam Junaid ditanya: “Apakah engkau mempunyai dasar atas ucapanmu itu?” Maka beliau menjawab: “Dalil atau dasar baginya adalah firman Allah Swt.: “Dan semua kisah-kisah para Rasul itu Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad),yang dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS.Hud ayat 120).”

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dzar al-Ghifari Ra. berkata:
“Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang mencintai suatu kaum sedangkan ia tidak mampu beramal seperti amalan mereka.”Maka Rasulullah Saw. bersabda:“Engkau akan dikumpulkan bersama siapa yang engkau cintai.”

Demikian sekilas penjelasan tentang pengertian,dalil dan manfaat dari Manaqib.
Semoga ada manfaatnya

Popular posts from this blog

Istilah-istilah Dalam Madzhab Syafi'iyah

Mengenal istilah qaul atau pendapat ulama' madzhab Syafi'i Ini adalah metode Imam Nawawi tentang pendapat- pendapat (qoul, wajah) dari ulama yang bermadzhab Syafi’i dan cara memprioritaskannya. Beliau Imam Nawawi mengistilahkan pendapat Imam Syafi’i dengan kata- kata Qoul/Aqwal. Dan pendapat ulama yang mengikuti madzhab Syafi’i dengan kata- kata Wajah/Awjuh. Sedangkan perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i di istilahkan dengan Thoriq/Thuruq. Jadi kesimpulannya: - Qoul / Aqwal : Pendapat Imam Syafi’i - Wajah / Awjuh : Pendapat ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i. - Thoriq / Thuruq : perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i (Red. memasukkan pendapat madzhab lain ke madzhab Syafi’i) Catatan redaksi: Dalam Bahasa Indonesia Qoul / Aqwal, Wajah / Awjuh dan Thoriq / Thuruq mempunyai satu arti yakni: pendapat. Al Adzhar (الأظهر) : Pendapat paling kuat berda

Jiwa dan Raga

Dalam lagu I ndonesia raya ada kalim a t berbunyi "bangunlah jiwanya bangunlah badannya" . dalam lagu indonesia raya tersebut ada penekanan pada kalimat awal, yaitu jiwa baru kemudian raga. artinya penataan jiwa lebih penting dan urgent untuk dibangun dan diberdayakan terlebih dahulu dari pada body .  Hal ini senada d engan pesan yang disampaikan d a l a m nadhom yang berbunyi "wazakkihi tazkiyatan wa ajmila # ijmala man tajammulan tajammala" Pada nadzom di atas, yang pertama disebut adalah lafadz   "zakka"   yang artinya suci, bersih. lafadz zakka digunakan untuk hal2 yang bersifat batin, kalau lafadz yang bermakna suci atau bersih yg bersifat dhohir, maka pakai kata thoharo. Kemudian sang nadzim menyusul dengan kata "ajmila" yang artinya indah, bagus, cantik, yang implementasinya pada bentuk dhohir, body, penampilan.  Pada nadzhom di atas, sang nadzim memberikan sebuah isyarat pada kita semua, bahwa sebelum kita melakukan s