Skip to main content

KUNJUNGAN SRI BAGINDA RAJA SALMAN BIN ABDUL AZIZ


SEMOGA MEMBAWA PEROBAHAN POSITIF DI NEGRI KAMI TERCINTA INDONESIA

Oleh: Nashrul Mukmin



Kehadiran Raja Arab Saudi Syaikh Salman bin Abdul Aziz bersama dengan dua puluh lima Pangeran beserta segenap pengiringnya yg berkunjung ke Indonesia sungguh telah memberikan efek yg sangat signifikan di berbagai sektor.

Salah satu sektor yg juga tdk luput terkena efeknya adalah sektor keagamaan. Indikatornya sebagaimana yang telah sama sama kita ketahui dan maklumi bahwa selama bertahun tahun sebelum Raja Arab Saudi Syaikh Salman bin Abdul Aziz berdatang ke Indonesia mayoritas dari pengikut faham Wahabi Salafi yg ada di Indonesia mulai dari tingkat atas sampai tingkat akar rumput mereka bersepakat dg qoidah “LAWANNYA SUNAH ADALAH BID’AH DLOLALAH”. Yg mereka maknai bila seseorang tdk mengamalkan sunah maka org tersebut divonis sebagai pelaku bid’ah dlolalah. 

Namun semenjak kehadiran Raja Arab Saudi Syaikh Salman bin Abdul Aziz bersama dengan dua puluh lima Pangeran beserta segenap pengiringnya yg berkunjung ke Indonesia, paradigma tersebut akhirnya megalami suatu pergeseran, berubah menjadi :
“YANG TIDAK MENGAMALKAN SUNAH BUKANLAH PELAKU BID’AH, TAPI HANYA SEKEDAR TIDAK MENDAPATKAN PAHALA SUNAH SAJA.”
Sudah tidak lagi mengatakan “LAWANNY SUNAH ADALAH BID’AH”

Artinya dengan perubahan paradigma tersebut telah membuka alam pikiran serta kesadaran Wahabi yg ada di Indonesia kalau dogma yg mereka anut selama ini yg mengatakan bahwa “LAWANNYA SUNAH ADALAH BID’AH DLOLALAH” adalah merupakan dogma salah. 

Pergeseran dogma tersebut tentu lebih dipengaruhi oleh fakta dan realita yg tidak terbantahkan lagi oleh mereka , yaitu adanya fakta terkait dg penampilan serta perilaku yang telah ditunjukkan oleh Raja Arab Saudi Syaikh Salman bin Abdul Aziz beserta segenap pengiringnya yg ditampilkan secara vulgar yang siapapun dapat menyaksikan langsung dg mata kepalanya sendiri , yg di antaranya :

1. Soal cara berpakaiannya yg melebihi mata kakinya, yg mnrt teman teman wahabi Indo disebut Isbal.

2. Soal cara menata kumis dan jenggotnya yang rapi

3. Soal sikap santun dan keramahannya yg senantiasa menebarkan senyum dan tidak segan segan menyapa org lain tanpa memandang status sosialnya.

4. Soal wajahnya khususnya pada bagian keningnya yg tidak ada tanda hitam sebagaimana kebanyakan teman teman Wahabi yg di Indonesia.

5. Soal Cara sholatnya , mulai dari:

a. Posisi kakinya yg tdk mekakang. 
b. Cara sedekapnya yg sebagaimana dilakukan oleh ASWAJA pada umumnya.
c. Posisi jari telunjuknya yg tdk digerak gerakkan atau diputar putar ketika tasyahud.
-DLL..............

Bila saja selama ini pemikiran bahwa “YANG TIDAK MENGAMALKAN SUNAH BUKANLAH PELAKU BID’AH, TAPI HANYA SEKEDAR TIDAK MENDAPATKAN PAHALA SUNAH SAJA.” diterapkan oleh teman teman Wahabi Indonesia , niscaya kerukunan , persatuan dan kesatuan serta ukhuwah islamiyah akan tetap terjalin yg sehingga menciptakan nuansa rukun dan damai antar sesama. .

Sebagai penutup dari tulisan ini saya ingin menyampaikan Ahlan wa Syhlan kepada Raja Salman bin Abdul Azis berserta segenap pengiringnya yg telah berkenan mengunjungi negri kami tercinta Indonesia ..

Selamat menin’mati keindahan dan keramahannya.

Semoga Sri Baginda Raja merasa nyaman selama berada di Indonesia dan semoga kehadiran Sri Baginda Raja Salaman bin Abdul Aziz membawa manfaat dan kebaikan utk semuanya.

Popular posts from this blog

M A N A Q I B

Oleh: Nashrul Mukmin Pengertian Manaqib: Secara bahasa manaqib berarti meneliti,menggali.Secara istilah di artikan sebagai riwayat hidup seseorang yang berisikan tentang budi pekertinya yang terpuji,akhlaknya yang mulia,karomahnya dan selainnya yang patut di jadikan sebagai bahan pelajaran/suri tauladan. Maksud dari manaqiban diantarnya adalah bertujuan untuk tawasul,tabaruk,mengenal orang-orang shalih dan untuk lebih mencintanya. Dalil-dalil Manaqib: Manaqib itu banyak terdapat dalam al-Quran,semisal manaqibnya Ashabul Kahfi,Raja Dzulqurnain,Sayyidatuna Maryam,Sayyidina Luqmanul Hakim dan lain sebagainya. Dalil Manaqib Adapun dalil yang digunakan hujjah untuk memperbolehkan praktek manaqib yaitu sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin halaman 97:  ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻓِﻲ ﺍْﻟَﺎﺛَﺮِ ﻋَﻦْ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﺒَﺸَﺮِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﻧَّﻪُ ﻗﺎَﻝَ : ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺆْﻣِﻨﺎَ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺍَﺣْﻴﺎَﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺗﺎَﺭِﻳْﺨَﻪُ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺯَﺍﺭَﻩُ ﻓَﻘَﺪْ ﺍﺳْﺘً

Istilah-istilah Dalam Madzhab Syafi'iyah

Mengenal istilah qaul atau pendapat ulama' madzhab Syafi'i Ini adalah metode Imam Nawawi tentang pendapat- pendapat (qoul, wajah) dari ulama yang bermadzhab Syafi’i dan cara memprioritaskannya. Beliau Imam Nawawi mengistilahkan pendapat Imam Syafi’i dengan kata- kata Qoul/Aqwal. Dan pendapat ulama yang mengikuti madzhab Syafi’i dengan kata- kata Wajah/Awjuh. Sedangkan perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i di istilahkan dengan Thoriq/Thuruq. Jadi kesimpulannya: - Qoul / Aqwal : Pendapat Imam Syafi’i - Wajah / Awjuh : Pendapat ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i. - Thoriq / Thuruq : perbedaan periwayatan madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’i (Red. memasukkan pendapat madzhab lain ke madzhab Syafi’i) Catatan redaksi: Dalam Bahasa Indonesia Qoul / Aqwal, Wajah / Awjuh dan Thoriq / Thuruq mempunyai satu arti yakni: pendapat. Al Adzhar (الأظهر) : Pendapat paling kuat berda

MARI BELAJAR SANTUN

Oleh: Nashrul Mukmin Dalam suatu diskusi atau dialog mungkin di antara kita pernah atau bahkan sering mendapati kata-kata kasar, sikap buruk sangka, parkataan yg bertendensi hinaan, caci maki, atau hal hal lain yg tidak pantas utk dilakukan oleh seorang Muslim. Ketahuilah,bahwasanya jika suatu forum diskusi atau dialog sdh ada yg melakukan salah satu dari beberap hal yg tsb di atas, ..mk forum diskusi itu telah turut serta syetan & iblis yg ikut berperan di dalamnya Dalam suatu diskusi atau dialog sampaikanlah apa yg Anda ketahui & pahami dg lemah lembut tutur katanya/tutur bahasanya.Karena yg demikian itu adalah apa yg diajarkan & dicontohkan olh junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan dengan kelembutan sikap dan bahasa yg santun sungguh akan lebih menyentuh dan lebih mudah utk diterima oleh rival diskusi kita.Pribadi kita akan tercermin lewat tutur bahasa dan sikap kita. Berwudhulah ketika rasa amarah mulai menghinggapi nafs dan hati kita, Sehingga